Suatu hari, seorang direktur bermarga Xu ingin mencoba bagaimana menjalani kehidupan sebagai seorang karyawan biasa. Jadi, dia pun memutuskan untuk pergi ke kerja naik kereta bawah tanah. Beruntung, dia mendapat sebuah tempat duduk di dalam kereta tersebut. Hingga di sebuah stasiun, ada seorang pemuda yang memakai tongkat, naik dan berdiri di dekatnya karena tidak ada tempat untuknya duduk.
Melihat Xu yang tidak memberikan tempat duduknya bagi pemuda cacat tersebut, wanita bermarga Wang yang berdiri di depan Xu pun langsung memarahinya. Xu sempat terkejut sesaat, namun kemudian dia pun mengalah dan berdiri untuk memberikan tempat duduknya.
Sesampainya di kantor, Xu pun bersiap untuk mewawancarai karyawan baru yang melamar ke perusahaannya. Ketika dipanggil masuk, ternyata calon karyawannya adalah Wang yang tadi memarahinya di kereta. Tidak hanya Xu yang terkejut melihat Wang, namun Wang pun terkejut saat melihat Xu.
Meskipun Xu tahu bahwa nilai Wang jauh lebih tinggi dari peserta lainnya, namun dia tidak langsung begitu saja menerima Wang. Xu mengajukan satu syarat pada Wang jika mau bekerja di perusahaannya, yaitu dengan menyemir sepatu.
Wang pun tanpa ragu langsung menyemir sepatu Xu dan rekan di sebelah kanannya. Selesai menyemir, Xu pun dengan resmi menerima Wang bekerja di perusahaannya. Akan tetapi, sesaat kemudian, tiba-tiba saja Wang membalas perbuatan Xu. Dia menagih biaya menyemir sepatu barusan. Mau tidak mau, Xu pun memberikan jumlah yang diminta.
Saat Xu keluar kantor setelahnya, dia melihat Wang menyumbangkan uang hasil menyemir sepatu tadi kepada orang-orang di daerah yang dilanda kemiskinan. Melihat itu, hati Xu pun sedikit tersentuh.
Wang pun menjawab, “Tidak sama sekali. Saat itu aku menundukkan kepala demi merebut sebuah kesempatan di mana aku bisa menegakkan kepala!”