Boeing 737 Max 8 ini baru dipakai mulai 15 Agustus 2018, sebagai pemakaian operasional pertama pula di Indonesia. Pesawat dipastikan jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, pada Senin (29/10/2018) pagi, 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta, dalam rute penerbangan menuju Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung.
℘
DUKA kembali menerpa penerbangan dan bangsa Indonesia. Pesawat Lion Air berkode penerbangan JT 610 yang menggunakan armada Boeing 737 Max 8, dipastikan jatuh ke perairan Karawang, Jawa Barat, pada Senin (29/10/2018).
Berdasarkan pantauan sejumlah instansi pencatat data penerbangan, diduga pesawat Boeing 737 Max 8 Lion Air JT 610 mengalami overspeed, alias kecepatan melebihi kondisi normal dan seharusnya, selewat menit kedua sejak lepas landas.
JEO Kompas.com ini merunutkan ulang jadwal penerbangan dan kronologi dari pesawat rute Jakarta-Pangkal Pinang tersebut, menggunakan rujukan data dan keterangan resmi hingga Senin (29/10/2018) petang.
KRONOLOGI DAN DATA
REDAKSI Kompas.com sejak sekitar pukul 08.00 WIB memverifikasi kabar bahwa pesawat Lion Air berkode penerbangan JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang hilang kontak. Beragam kabar dari semua jalur komunikasi yang memungkinkan, dilacak. Satu per satu konfirmasi dan data dikumpulkan.
Jadwal Penerbangan Lion Air JT-610 pada 29 Oktober 2018
Kesimpangsiuran informasi mulai mendapatkan kejelasan dalam waktu sekitar satu jam. Rekaman data penerbangan dari situs web Flight Radar pun telah beredar.
Jejak Penerbangan Lion Air JT-610 pada 29 Oktober 2018 - (www.flightradar24.com)
Siaran pers dari Kementerian Perhubungan kemudian memastikan pesawat ini hilang kontak pada pukul 06.33 WIB. Tak berselang lama, Badan SAR Nasional menyatakan kabar yang sama.
Dugaan kemungkinan pesawat jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, menguat, berdasarkan sejumlah laporan termasuk dari masyarakat. Tim pencari dari lintas instansi bergerak menuju lokasi. Sekitar pukul 10.00 WIB, sejumlah puing yang diduga berasal dari pesawat tersebut ditemukan.
Konfirmasi dari Lion Air sebagai operator pesawat tersebut tiba pada sekitar pukul 11.00 WIB. Pesawat dipastikan mengalami kecelakaan, setelah lepas landasr dari Bandara Internasional Soekarno Hatta pada pukul 06.20 WIB.
"Setelah 13 menit mengudara, pesawat jatuh di koordinat S 5’49.052” E 107’ 06.628” (sekitar Kerawang)," bunyi siaran pers tersebut.
Data penumpang tercakup pula di dalamnya, yaitu 178 penumpang dewasa, satu anak-anak, dan dua bayi. Di antara penumpang dewasa itu termasuk tiga pramugari yang tengah menjalani pelatihan dan satu teknisi.
Pesawat dipiloti Kapten Bhavye Suneja dan kopilot Harvino, dengan enam awak kabin—pramugari/pramugara—menyertai.
Terkait data pesawat, Lion Air mengonfirasi burung besi ini memiliki nomor registrasi PK-LQP. Pesawat berjenis Boeing 737 Max 8 tersebut adalah buatan 2018, mulai digunakan Lion Air sejak 15 Agustus 2018, dan dinyatakan dalam kondisi laik operasi. Dari kokpit, pilot disebut memiliki jam terbang lebih dari 6.000 dan kopilot lebih dari 5.000.
Lion Air membuka pula crisis center melalui nomor telepon 021-80820000 dan untuk infomasi penumpang di nomor telpon 021-80820002. Didirikan pula posko krisis di area Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Berkelindan waktu, foto manifes pesawat beredar pula, demikian pula detail rekaman data penerbangan Lion Air JT 610 dari situs web Flight Radar.
Rekaman Data Penerbangan Lion Air JT-610 - (www.flightradar24.com)
Menjelang petang, Badan SAR Nasional mengumumkan penemuan korban. Pusat penanganan korban berada di Dermaga Kalijapat, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Adapun proses identifikasi korban berpusat di RS Bhayangkara (RS Polri) Tk I R Said Sukanto di Kramatjati, Jakarta Timur.
ANALISIS DATA
KEPASTIAN mengenai apa yang terjadi dalam 13 menit terakhir penerbangan Lion Air JT 610 baru mungkin dapat terungkap ketika black box pesawat telah ditemukan. Itu juga butuh proses investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Hingga saat ini, data pemantauan penerbangan seperti yang tersedia dari Flight Radar masih menjadi sumber informasi mengenai 13 menit tersebut. Data yang didapat sudah memunculkan sejumlah pertanyaan. Terlebih lagi, beredar informasi bahwa pilot sempat meminta izin berputar kembali ke bandara asal.
Dari data Flight Radar, yang menyediakan pula versi detail berupa dokumen worksheet di dalamnya, terlihat lonjakan kecepatan pesawat pada menit ketiga setelah lepas landas. Kecepatan pesawat terpantau mencapai kisaran 300 knot, sementara pesawat bahkan belum mencapai ketinggian jelajah di kisaran 10.000 feet, dan terpantau naik turun tidak stabil.
Rekaman Data Penerbangan Lion Air JT-610 - (www.flightradar24.com)
Data itu memperlihatkan, pesawat terus berada di kecepatan sekitar 300 knot, dengan ketinggian tertingginya tak sampai 6.000 feet. Bila dikonversi, kecepatan 300 knot setara sekitar 550 kilometer per jam. Adapun ketinggian 6.000 feet setara sekitar 1.800 meter dari permukaan tanah.
"Bila membaca data itu, ada indikasi overspeed selama penerbangan dari menit ketiga sampai kecepatan dan keberadaan pesawat hilang dari data radar pada menit ke-13 di ketinggian sedikit di bawah 4.000 feet," kata praktisi dan pengamat penerbangan, Yayan Mulyana, lewat pembicaraan telepon, Senin siang.
Dalam standar dunia penerbangan, kata dia, untuk ketinggian di bawah jelajah maka kecepatan maksimal pesawat seharusnya tidak melebihi 250 knot. Kecepatan ini dipantau lewat alat bernama airspeed indicator di kokpit pesawat.
Kalaupun ada situasi yang membuat batas aturan keselamatan penerbangan itu terlanggar, alat tersebut akan membunyikan clackers warning sebagai pengingat bagi pilot untuk segera mengendalikan kecepatan.
Salah satu model pengukur kecepatan pesawat, yaitu airspeed indicator DC-10 - (WIKI COMMON/CHRISTIAN SCHRODER)
Yayan berpendapat kemungkinan ada kebocoran badan pesawat sehingga pesawat tidak juga naik ke ketinggian jelajah, sepertinya harus disingkirkan karena fakta tahun pembuatannya yang belum lagi satu tahun. Sebaliknya, kondisi overspeed memunculkan beberapa risiko terhadap badan pesawat (airframe).
Namun, tegas Yayan, data apa pun yang hari ini sudah beredar belum dapat mengungkap apa yang terjadi sesungguhnya dalam 13 menit penerbangan Lion Air JT 610 tersebut.
Karenanya, ujar dia, sebagaimana juga diungkapkan oleh setiap otoritas, penyebab kecelakaan ini harus menanti hasil investigasi KNKT yang salah satunya lewat analisis kotak hitam pesawat.
Meski begitu, Yayan menyebut kecelakaan ini cukup langka karena terjadi di tahap yang semestinya merupakan fase climbing. Rata-rata kecelakaan pesawat terjadi pada saat lepas landas atau dalam proses pendaratan, bukan pada posisi climbing atau sesudahnya di ketinggian dan kecepatan jelajah, sekalipun selalu ada saja perkecualian.
Terlebih lagi, secara terpisah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan kecelakaan ini tidak terkait dengan kondisi cuaca di jalur yang dilintasi pesawat Lion Air JT 610.
Sementara itu, Boeing sebagai perusahaan pembuat Boeing 737 Max 8 yang dipakai untuk Lion Air JT 610, mengeluarkan pernyataan di situs web-nya mengenai musibah tersebut.
Boeing menyatakan bersiap menyiapkan pendampingan teknis untuk investigasi atas kecelakaan tersebut. Meski begitu, Boeing menyatakan pula bahwa investigasi kecelakaan pesawat akan berada di bawah arahan KNKT, sebagai praktik jamak internasional.
DUKA INDONESIA
DI TENGAH kontestasi politik nasional yang tengah berlangsung, media sosial di Indonesia pada Senin (29/10/2018) pagi mendadak berganti wajah. Beragam ungkapan duka menggantikan keriuhan terkait kontestasi itu seperti pada hari-hari sebelumnya.
Lalu, belum sampai petang, Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, menyampaikan ungkapan duka Presiden Joko Widodo untuk para korban dan keluarganya.
"Presiden dan pemerintah menyampaikan duka cita yang mendalam atas musibah jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di Tanjung Karawang yang membawa 181 penumpang, 2 pilot, dan 6 awak kabin," ungkap Moeldoko.
Pemerintah, lanjut dia, berupaya seoptimal mungkin mendapatkan informasi lengkap tentang musibah jatuhnya pesawat untuk keluarga korban.
KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI
Moeldoko menyampaikan pula, Presiden memberi arahan agar semua pihak bergerak cepat merespons musibah tersebut melalui koordinasi lintas kelembagaan untuk melakukan operasionalisasi di lapangan.
"Presiden mohon kesabaran dari berbagai pihak untuk mendapatkan hasil yang baik berupa informasi maupun penanganan menyeluruh yang sedang dilakukan oleh Pemerintah," imbuh Moeldoko.
Pemerintah juga mengimbau media massa, pengguna media sosial, dan seluruh masyarakat untuk bekerja sama dan berempati terhadap musibah ini.
"Dalam musibah seperti ini, kesetiakawanan sosial penting untuk dikuatkan," ujar dia.
Presiden yang tengah berada di Bali untuk menghadiri sebuah kegiatan multinegara, pada Senin petang bertolak kembali ke Jakarta. Di Ibu Kota, Presiden menggelar pertemuan khusus membahas musibah ini dan kemudian menemui keluarga para korban.
Berikut ini sejumlah gambar dari lokasi penanganan korban dan pesawat Lion Air JT 610 di Pelabuhan JITC 2 Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Pesawat:Boeing 737 Max 8Tahun Pembuatan: 2018Registrasi: PK-LQPPenerbangan: Lion Air JT 610Korban:
- 178 penumpang dewasa
- 1 penumpang anak-anak
- 2 penumpang bayi
- 8 awak pesawat
Sumber: Rilis Lion Air