Kekerasan yang kerap terjadi dalam setiap hubungan umumnya diidentikan dengan kekerasan fisik. Padahal kekerasan dalam hubungan bisa meliputi aspek emosional yang berdampak pada mental.Karena wujudnya yang tak kasat mata, kekerasan emosional dalam hubungan sering kali luput dari perhatian. Seseorang yang menjadi korban kekerasan dalam suatu hubungan, biasanya tak menyadari bahwa perlakuan dan sikap yang diberikan pasangan terbilang kurang layak.Parahnya lagi, korban justru menyalahkan diri sendiri atas konflik yang kerap terjadi.
Mengutip , Jumat (21/9), berikut beberapa pertanda bahwa Anda adalah korban kekerasan emosional dalam hubungan.Jika merasa sungkan membagi cerita perihal mimpi dan impian yang ingin dicapai kepada pasangan karena ejekan yang kerap dilontarkan, itu berarti kekerasan emosional terdeteksi di dalam hubungan Anda.Sebuah hubungan bisa dikatakan ideal ketika kedua belah pihak selalu mendukung pencapaian dalam hidup masing-masing pasangan. Mengolok dan menertawakan pandangan hidup seseorang bisa menimbulkan rasa tidak percaya diri yang menghalangi.Kritik memang lumrah saja dilontarkan ketika ditujukan untuk membangun seseorang. Tetapi beda ceritanya jika kritik bertubi-tubi dilakukan untuk menghancurkan kepercayaan mapun harga diri seseorang.
Pasangan yang kerap menghardik dengan kritik pedas merupakan salah satu wujud tindakan kekerasan emosional. Hal tersebut menunjukkan bahwa sang pelaku ingin menjauhkan korban dari pemikiran baik tentang dirinya.Tidak adanya sikap empati saat situasi buruk menimpa pasangan adalah suatu sikap ganjal yang perlu diwaspadai.Untuk pelaku kekerasan emosional dalam hubungan, sikap acuh tak acuh menjadi senjata jitu ketika pasangan dilanda kesedihan.Pertengkaran memang suatu hal yang pasti dilewati oleh setiap pasangan lantaran perbedaan pendapat maupun pandangan. Namun ketika pertengkaran terus berlansung tanpa ada upaya untuk memperbaiki, hubungan tersebut bisa jadi memiliki unsur kekerasan emosional.Selain pertengkaran yang terus menerus terjadi, sikap selalu menyalahkan juga menjadi bibit kekerasan emosional. Pelaku kekerasan pada umumnya akan menyalahkan segala hal kepada sang korban, meskipun seharusnya ia yang bertanggung jawab dalam konflik tersebut.