Hari pertama saat pindah ke rumah suami, setelah membereskan barang dan baju, istri mengeluarkan sebuah botol kaca kecil dan berkata kepada suaminya.
"Sayang, dalam 3 bulan ini, sekali kamu bikin aku nangis, aku akan menambah setetes air ke dalamnya untuk mewakili setiap air mata yang kukeluarkan. Bila botol ini sudah penuh aku akan pergi meninggalkan rumah ini."
Sang suami merasa hal ini sangat tidak masuk akal, "Kalian para wanita benar-benar aneh. Aku ingin menjagamu, bukannya ingin membuat mu nangis!"
Istri lalu berkata, "Lelaki yang baik tidak akan membuat wanita yang disayanginya sedih. Aku tidak akan sembarangan menangis, aku akan mencatat hal-hal yang membuatku menangis."
Suami lalu menghela nafas berkata, "Ya sudah..."
Dua bulan kemudian, istri mengeluarkan botol kaca itu dan berkata, "botol ini sudah diisi hampir setengahnya. Dalam 2 bulan ini, apa kita harus cek dulu ada masalah apa?" Istri lalu menyodorkan sebuah buku catatan kepada suaminya.
Sang suami hanya tercengang dan merasa ini hal yang konyol. Ia tidak menyangka wanita bisa sebegitu mudahnya mengeluarkan air mata. Ia merasa wanita suka membesar-besarkan masalah, dan juga merasa hal ini sangatlah lucu.
Dia membuka buku itu dan mulai membaca. Ia benar-benar tidak menyangka, buku itu sudah diisi istrinya berpuluh-puluh halaman. Suami membaca halaman demi halaman, dan istri mulai berkata, "Hari pertama bertengkar adalah hari ke tiga kita hidup bersama. Pagi-pagi sekali kamu baru bangun, kamu memencet odol dan odolnya malah nempel di kaca wastafel. Wastafel itu baru kulap bersih, jadi aku mengomeli kamu, eh kamu langsung marah dan kita pun mulai bertengkar..."
Suami hanya terdiam, dan istri lalu melanjutkan perkataannya. "Suatu malam aku minta kamu bantu cuci baju karena airnya terlalu dingin. Kamu hanya sibuk bermain game dan nggak mau dengarin aku. Kita kemudian bertengkar. Aku sangat kecewa karena kamu sudah lupa aku kalau lagi mens nggak boleh kena air dingin.."
"Suatu kali aku sudah sangat lelah dan ingin tidur. Tapi kamu malah sibuk bermain game. Kamu jelas-jelas tahu kalau telingaku sensitif. Suara kecil saja bisa bikin aku nggak bisa tidur apalagi suara keyboard kamu. Aku bilangin kamu egois, lalu kita pun mulai bertengkar. Kamu malah bilang aku yang egois lalu kamu tutup pintu rumah dengan kasar dan pergi ke warnet semalaman. Aku mau telepon kamu tapi kamu malah nggak bawa ponsel. Aku juga nggak berani keluar mencari kamu karena sudah larut malam banget..."
Mata sang istri sudah mulai sembab, "lalu suatu kali..."
Suami langsung memotong pembicaraan. "Sayang, jangan lanjutkan lagi..."
Suasana saat itu sangat hening. Mereka terdiam dan tidak tahu harus mengucapkan apa.
Sang istri lalu berkata, "Apa karena kita tidak cocok? Kalau begini terus, aku bisa-bisa tidak tahan dan ingin bercerai. Sifat kita berdua sama-sama keras dan nggak mau mengalah..."
Buku itu ditulisi istri dengan sangat detail. Penyebab pertengkaran mereka juga sebenarnya hal-hal tetek bengek. Sambil membaca buku itu, suami pelan-pelan mulai mengerti perasaan istrinya. Para lelaki memang cuek dan tidak akan mengingat hal-hal kecil ini dan merasa setelah berbaikan, masalah yang berlalu sudah berlalu. Namun hal-hal kecil itu malah membuat istrinya menderita, dari kekecewaan berubah menjadi putus harapan.
Ia mulai sadar bahwa masalah ini benar-benar serius. Dia sadar bahwa setiap kali mereka sedang tidak mood, mereka akan saling menyalahkan, saling meluapkan emosi negatif ke kehidupan.
Suami lalu menghela nafas dan berkata, "Jangan sedih sayang..Aku cuti kerja saja, lalu kita pergi jalan-jalan sehari yah.."
Mereka lalu pergi ke tempat dimana mereka berkencan pertama kali. Kenangan indah pun muncul di benak mereka. Mereka sadar bahwa mereka masih saling mencintai. Sang suami dengan gentle menggendong istrinya sampai ke puncak, sama seperti saat kencan pertama kali mereka.
Mereka sampai di puncak dan mulai menikmati pemandangan bersama.
"Sayang, kamu merasa kita bakal cerai?" tanya sang suami.
"Aku merasa kita bukan nggak cocok. Kayak sekarang kita bahagia kok. Tapi kenapa sekali kembali ke kehidupan realita semuanya berubah??" kata sang istri.
"Memang kita sekarang bukan di dalam kehidupan realita?" tanya suami.
Sang istri langsung terdiam tidak bisa berkata apa-apa.
"Saat bertengkar kita terlalu fokus pada hal-hal negatif dan membuat emosi kita semakin membesar. Kita juga suka mencari-cari kesalahan dan kita nggak mau mengalah, terlalu gengsian." kata sang suami.
Istri merasa hal yang dikatakan suaminya memang benar adanya. Ternyata, asalkan kedua belah pihak rela mengalah sedikit, rela bertoleransi sedikit, masalah bisa selesai. Sang suami mengajaknya ke tempat dimana mereka pertama kali pacaran, adalah untuk membuat mereka mengingat hal-hal positif masing-masing.
Kemudian, mereka pun pulang ke rumah mereka. Sejak itu mereka sangat jarang bertengkar. Suatu hari, suami tidak sengaja menjatuhkan gelas, sebelum istri mulai mengomel, suami sudah meminta maaf dan berkata, "Maaf, aku tidak hati-hati. Nanti biar aku beli 2 gelas sebagai gantinya. Kamu pilih saja gelas yang kamu suka."
Istri hanya tertawa dan mengatakan, "Nggak usah beli lah..masih banyak gelas lain kok. Lagian ini juga bukan salahmu saja. Ini karena aku nggak taruh gelasnya dengan benar."
Dalam berhubungan, tidak ada cocok dan tidak cocok. Yang ada adalah saling menghargai atau tidak. Berjuang bersama menjadi pribadi yang lebih baik akan membuat pernikahanmu jauh lebih bahagia.
Jangan lupa untuk saling berkomunikasi bila ada masalah, dan berbagi kesedihan dan kegembiraan bersama.