Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semual Abrijani Pangerapan mengatakan bahwa industri kesehatan dan keuangan paling rentan jadi sasaran .
Pria yang akrap disapa Semmy mengatakan data tersebut berdasarkan pada kejadian dan dinamika di tahun 2017. Presentasi serangan siber di industri kesehatan sebesar 27 persen atau sekitar 471 kasus, menjadikannya paling berpotensi terkena serangan siber.Disusul layanan keuangan dengan 219 kasus atau sekitar 12 persen. Sementara layanan pendidikan dan retail tercatat sebanyak 199 kasus (11 persen), disusul lembaga pemerintahan dengan 193 kasus.
"Ada beragam serangan atau upaya penganderaan data (ransomware). Banyak yang ingin mendapat bagian dari kegiatan ekonomi yang dijalankan melalui jaringan digital," ungkap Semmy melalui keterangan resmi.Berkaca pada kasus tersebut, Semmy mengatakan Kominfo akan mendorong transformasi digital di sektor perhubungan, ESDM, keuangan, dan lainnya. Semua sektor tersebut nantinya akan berinduk pada Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN)."Kalau semua bertransformasi ke arah digital, tidak ada lagi transaksi yang sifatnya manual, bayangkan akan seperti apa kejahatannya? Kalau tidak disiapkan dan memproteksi diri, akan berbahaya bagi semua," ucapnya.
Upaya untuk memberikan proteksi data dari aksi serangan siber di lintas sektor menurut Semmy terkait dengan perkiraan Kominfo untuk transaksi ekonomi di dunia siber yang bisa menyentuh Rp1,8 triliun pada 2020.Mantan ketua umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) in menambahkan nantinya sistem keamanan siber di semua sektor yang sudah terbanungn dan dikelola dnegan dukungan sektor telekomunikasi dan jaringan internet."Makin lama makin meningkat uang yang ada di siber, semua transaksi dilakukan di siber. Sektor ICT akan menjadi basic (dasar) karena semua serangannya sudah semakin massif," imbuhnya.
Pria yang akrap disapa Semmy mengatakan data tersebut berdasarkan pada kejadian dan dinamika di tahun 2017. Presentasi serangan siber di industri kesehatan sebesar 27 persen atau sekitar 471 kasus, menjadikannya paling berpotensi terkena serangan siber.Disusul layanan keuangan dengan 219 kasus atau sekitar 12 persen. Sementara layanan pendidikan dan retail tercatat sebanyak 199 kasus (11 persen), disusul lembaga pemerintahan dengan 193 kasus.
"Ada beragam serangan atau upaya penganderaan data (ransomware). Banyak yang ingin mendapat bagian dari kegiatan ekonomi yang dijalankan melalui jaringan digital," ungkap Semmy melalui keterangan resmi.Berkaca pada kasus tersebut, Semmy mengatakan Kominfo akan mendorong transformasi digital di sektor perhubungan, ESDM, keuangan, dan lainnya. Semua sektor tersebut nantinya akan berinduk pada Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN)."Kalau semua bertransformasi ke arah digital, tidak ada lagi transaksi yang sifatnya manual, bayangkan akan seperti apa kejahatannya? Kalau tidak disiapkan dan memproteksi diri, akan berbahaya bagi semua," ucapnya.
Upaya untuk memberikan proteksi data dari aksi serangan siber di lintas sektor menurut Semmy terkait dengan perkiraan Kominfo untuk transaksi ekonomi di dunia siber yang bisa menyentuh Rp1,8 triliun pada 2020.Mantan ketua umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) in menambahkan nantinya sistem keamanan siber di semua sektor yang sudah terbanungn dan dikelola dnegan dukungan sektor telekomunikasi dan jaringan internet."Makin lama makin meningkat uang yang ada di siber, semua transaksi dilakukan di siber. Sektor ICT akan menjadi basic (dasar) karena semua serangannya sudah semakin massif," imbuhnya.